Nama Nabi Pertama Umat Islam

Mengenal Putra-putri Nabi Muhammad SAW

1. Qasim bin Muhammad

Nama anak Nabi Muhammad SAW yang pertama adalah Qasim bin Muhammad. Anak tertua Nabi Muhammad ini hanya hidup selama beberapa hari saja. Ia meninggal pada 605 Masehi sebelum berusia 2 tahun dan dimakamkan di Jannatul Mu’alla, Mekkah.

Qasim dikenal sebagai anak tertua Rasulullah SAW, maka Nabi diberi julukan Abu Qasim. Adapun arti nama Qasim sendiri ialah “pemberi imbalan” yang merupakan harapan bahwa kelak akan menjadi anak yang saleh dan panjang umur. Namun, Allah SWT lebih tahu yang terbaik dan lebih dulu mengambilnya.

2. Zainab binti Muhammad

Zainab binti Muhammad merupakan putri tertua Nabi yang lahir pada tahun ke-30 dari kelahiran Rasulullah SAW. Nama Zainab sendiri diambil dari bahasa Arab yang memiliki arti indah dan wangi. Putri Nabi Muhammad ini wafat pada usia 29 tahun karena sakit dan dimakamkan di Jannatul Baqi.

3. Ruqayyah binti Muhammad

Nama anak Nabi Muhammad berikutnya yaitu Ruqayyah bin Muhammad. Ialah putri Nabi Muhammad dengan istrinya Khadijah yang lahir pada 7 tahun sebelum diutusnya kenabian, 20 tahun sebelum H atau tahun 603 Mekkah. Saat itu usia Nabi Muhammad ialah 33 tahun. Arti nama Ruqayyah yakni lembut. Ruqayyah juga memiliki gelar Dzat al Hijratain.

Ruqayyah kemudian dinikahi oleh Utsman bin Affan dan dikaruniai anak bernama Abdullah yang meninggal pada usia empat tahun. Putri Nabi Muhammad ini wafat saat perang Badar berlangsung dan jenazahnya dimakamkan di Jannatul Baqi.

Kekalahan Bangsa Rum dalam Al-Qur'an

Ibnu Katsir dalam tafsirnya menafsirkan bahwa saat Nabi Muhammad SAW masih kesulitan memperjuangkan Makkah, terjadi perang hebat antara bangsa Romawi atau Byzantium di bawah pimpinan kaisarnya sendiri dengan bangsa Persia atau Iran.

Mengutip buku Ghulibat Ar-Rum Dzat Al-Qurun susunan Mansur Abdul Hakim yang diterjemahkan Masturi Irham, peperangan itulah yang menyebabkan turunnya surah Ar Rum ayat 1-6. Orang-orang musyrik berharap bangsa Persia mengalahkan Romawi, sebaliknya kaum muslimin berharap kemenangan Romawi atas bangsa Persia karena mereka merupakan para ahli kitab.

Meski demikian, pertempuran dimenangkan oleh bangsa Persia. Berita tersebut membuat orang-orang Islam berduka, sementara kaum musyrik bergembira.

Raja Persia kala itu berhasil mengalahkan tentara Romawi dan merebut negeri-negeri Syam serta bagian lainnya yang termasuk dalam wilayah kerajaan Romawi dari tanah Jazirah Arab dan sebagian besar wilayah kerajaan Romawi. Ini membuat Kaisar Romawi yang bernama Heraklius mundur dan mengungsi.

Suara.com - Arisan tentu sudah tak asing lagi karena telah menjadi kebiasaan yang banyak di lakukan mayoritas masyarakat di Indonesia. Arisan yang berkembang di tengah masyarakat pun, bermacam-macam bentuknya seperti arisan uang, gula, perabot, elektronik, haji, semen dan lain-lain. Namun tahukah kamu hukum arisan dalam Islam?

Tak hanya di Indonesia, ternyata fenomena arisan juga ada di negara Arab, bahkan dikenal sejak abad ke sembilan hijriyah yang dilakukan oleh wanita Arab yang dikenal dengan istilah jum'iyyah al-muwazhzhafin atau al-qardhu at-ta'awuni. Sampai saat ini fenomena itu masih berkembang pesat. Dengan demikian, tentunya arisan tak lepas dari perhatian dan penjelasan hukum syar'i bentuk mu'amalah.

Kata arisan sendiri merupakan istilah yang berlaku di Indonesia. Dalam kamus Bahasa Indonesia (KBBI) disebut bahwa arisan merupakan pengumpulan uang atau barang yang bernilai sama oleh beberapa orang, kemudian diundi. Adapun undian itu dilaksanakan secara berkala hingga semua anggota memperoleh arisannya.

Baca Juga: Hukum Suami Membuka Aib Istri dalam Islam, Hati-Hati Bisa Terkena Azab

Secara umum, arisan lebih sering dilakukan oleh kaum wanita dari pada laki-laki. Kegiatan satu ini biasanya juga kerap dijadikan kesempatan untuk bersilaturahmi serta berkumpul bersama orang-orang terdekat. Bahkan, ada pula seseorang yang mengikuti lebih dari satu, misalnya arisan keluarga, RT, kantor dan lainnya.

Hukum Arisan dalam Islam

Sebenarnya, arisan hukumnya boleh karena termasuk dalam akad qordh ataupun pinjaman. Namun jika melanggar hukum syara' tentang qordh atau pinjaman, arisan bisa termasuk riba dan hukumnya haram. Menurut pakar fikih muamalah Kyai Haji Shidiq Aljawi, hukum-hukum arisan dalam syariat Islam antara lain sebagai berikut:

1. Jumlah uang yang diperoleh pemang arisan wajib sama dengan akumulasi iuran yang dibayarkan oleh seorang peserta arisan. Selisih kurang atau lebih adalah riba.

2. Jika dalam arisan yang dikumpulkan adalah uang, maka pemenang arisan hanya boleh menerima uang yang sama jenisnya dan sama jumlahnya.

Baca Juga: Hukum Tidak Menggerakkan Bibir Saat Membaca Bacaan Salat, Apakah Sah?

3. Jika dalam arisan yang dikumpulkan adalah barang, misalnya beras, gula dan lain-lain maka pemenang arisan hanya boleh menerima barang yang sama jenisnya dan yang sama berat atau takarannya.

4. Tidak boleh arisan yang mengumpulkan uang tapi pemenangnya mendapatkan barang. Demikian juga sebaliknya, tidak boleh arisan yang mengumpulkan barang tapi pemenangnya mendapatkan uang.

5. Jika ingin mendapatkan barang maka harus memenuhi dua syarat terlebih dahulu. Yang pertama, pemang arisan diberi opsi atau pilihan yaitu boleh mengambil uang atau boleh mengambil barang. Yang kedua, pemenang arisan yang memilih opsi mengambil barang harus melakukan akad jual beli lagi secara terpisah dengan akad arisan di awal.

6. Biaya operasional atau konsumsi tidak boleh diambil atau dipotong dari uang arisan.

7. Biaya operasional atau konsumsi tidak boleh menjadi tanggungan yang dapat arisan.

8. Tidak boleh ada lelang dalam arisan, karena lelang akan menimbulkan riba yaitu tambahan dari jumlah arisan yang sudah dibayar oleh pemenang lelang.

Itulah penjelasan mengenai hukum arisan dalam Islam. Nah, sebagai umat Islam hendaknya kita memperhatikan hal-hal sederhana tersebut agar tidak menimbulkan dosa.

Kontributor : Putri Ayu Nanda Sari

Ummu Kultsum binti Muhammad

©2019 Merdeka.com/Free Images

Ummu Kultsum merupakan anak Nabi Muhammad keempat yang lahir 6 tahun sebelum diutusnya kenabian atau ketika Nabi berumur 34 tahun. Dia dinikahi oleh Utbah bin Abu Lahab, namun kemudian diceraikan sebelum disentuhnya.

Ummu Kultsum sempat hijrah bersama Fatimah ke Madinah dan Ustman bin Affan menikahinya pada tahun 4 H. Ummu Kultsum wafat pada Ramadhan 9 atau Maret 630 Madinah karena sakit dan dimakamkan di Jannatul Baqi.

5. Fathimah az-Zahra binti Muhammad

Salah satu nama anak Nabi Muhammad SAW yang paling dikenal umat muslim adalah Fathumah az-Zahra. Kebaikan serta kemuliaan hatinya, menjadikan anak Nabi Muhammad satu ini telah menginspirasi umat muslim di seluruh dunia. Tak heran, jika beliau dijuluki sebagai seorang yang memiliki karakter yang menyerupai Nabi Muhammad.

Nama beliau memiliki arti “Fatimah yang selalu berseri”, nama tersebut merupakan doa dari Nabi Muhammad SAW supaya kelak putrinya memiliki wajah dan hati yang berseri dalam keadaan apapun. Sehingga bisa memberikan kebahagiaan dan menjadi teladan bagi semua orang di sekitarnya.

6. Abdullah bin Muhammad

Nama anak Nabi Muhammad SAW berikutnya yaitu Abdullah bin Muhammad. Ia memiliki julukan Thayyib yang berarti baik dan Thahir yang artinya bersih atau murni yang merupakan harapan agar kelak menjadi orang yang bersih akhlaknya.

Putra Nabi Muhammad ini meninggal di usia yang masih kecil, yaitu pada tahun 615 Masehi. Abdullah juga disebut dengan nama at-Thayyib dan ath-Thahir karena lahir pada masa kenabian.

7. Ibrahim bin Muhammad

Nama anak Nabi Muhammad yang terakhir adalah Ibrahim bin Muhammad. Anak Rasulullah satu ini lahir dari rahim istri Rasulullah SAW yang bernama Maria al Qitbiya. Ibrahim sendiri lahir pada akhir bulan dari tahun 8 Hijriah, diberi nama Ibrahim yang berarti sama dengan nama salah satu leluhur bagi bangsa Arab dan Israel.

Saat itu, Nabi Muhammad SAW sangat mendambakan keturunan yang akan menghiasi keluarganya setelah kedua putranya yakni Qasim dan Abdullah meninggal sebelum baligh. Akhirnya, terlahirlah Ibrahim dari rahim Maria al Qibtiya. (mdk/jen)

ERA.id - Ramadan tahun ini, ribuan umat Islam memadati ruang dan pelataran Hagia Sophia untuk melaksanakan salat terawih yang pertama kali dalam sejarah Turki modern. Terhitung sekitar 88 tahun Hagia Sophia tidak dipakai untuk salat Tarawih. Itu bermula karena pada 10 Juli 2020, saat Recep Tayyip Erdoğan dengan berani mencabut status Hagia Sophia sebagai museum.

Keputusan Presiden Turki itu jelas menimbul tanggapan dari tokoh dunia. Seperti tanggapan Perdana Menteri Yunani Kyriakos Mitsotakis yang menyebut keputusan dari pemerintah Turki sebagai penghinaan terhadap karakter oikumenis dari Hagia Sophia.

Bahkan, petinggi agama dunia seperti Paus Fransiskus merasa sangat sedih mendengar kabar atas perubahan status tersebut.

Hagia Sophia kembali difungsikan sebagai masjid, yang sebelumnya pada 1934, Mustafa Kemal Ataturk mengubahnya menjadi museum.

Ataturk menjadikan Hagia Sophia sebagai museum untuk memuluskan visinya, yaitu  Turki sebagai negara sekuler. Hal-hal yang berbau agama akan ditiadakan. Seperti perempuan dilarang berjibab dan azan tidak menggunakan bahasa Arab, tetapi bahasa Turki.

Pada 1985, Hagia Sophia diakui sebagai salah satu dari situs Warisan Dunia UNESCO yang disebut Area Bersejarah Istanbul.

Dalam bahasa Turki, Hagia Sophia disebut Ayasofya. Dalam bahasa Latin, Sancta Sophia. Hagia Sophia juga punya sebutan lain, yaitu Gereja Kebijaksanaan Suci (Church of the Holy Wisdom) dan Gereja Kebijaksanaan Ilahi (Church of the Divine Wisdom).

Hagia Sophia ialah bangunan bersejarah yang dibangun pertama kali di atas pondasi atau tempat kuil pagan, 325 Masehi, atas perintah Kaisar Konstantinus I.

Sesuai penjelan di ensiklopedia Britannica, bahwa putranya, Konstantinus I, mengubah bangunan awal sebagai gereja Ortodoks pada 360 Masehi.

Hagia Sophia pernah terbakar karena kerusuhan konflik politik di dalam keluarga Kaisar Arkadios pada 404 M.

Selepas Arkadios turun dari tahtanya, ada Kaisar Theodosis II yang membangun struktur kedua Hagia Sophia. Ada beberapa penambahan struktur, misal lima nave dan jalan masuk khas gereja dengan atap terbuat dari kayu.

Pada masa kekaisaran Justinan I, pembangunan gereja Hagia Sophia dibangun dari awal sebab ketika itu ada peristiwa revolusi Nikka mengakibatkan konstruksinya hancur pada Januari 532 M. Dari sini sang Kaisar kemudian membayangkan penggantinya yang lebih bagus nan megah.

Pascarevolusi tersebut, arsitek terkenal, Isidoros (Milet) dan Anthemios (Tralles), diperintahkan oleh Justinian I memerintahkan mereka untuk mendirikan ulang Hagia Sophia.

Dari pembangunan ulang inilah yang menjadi fondasi awal bangunan Hagia Sophia, yang sekarang dunia ketahui.

Hagia Sophia telah menyaksikan perpindahan era. Usianya sudah kurang lebih 1,5 milenium. Dan masih kokoh hingga sekarang, memang ada perbaikan di beberapa konstruksi.

Tahun 1453, Konstantinopel ditaklukan oleh Sultan Mehmed II. Era Kekaisaran Bizantium runtuh, Hagia Sophia dikuasai oleh Sultan Mehmed II dan menjadikannya sebagai masjid.

Sultan Mehmed II mempertahankan nama Hagia Sophia. Mungkin karena arti Sophia berarti 'kebijaksanaan' yang menjadi alasan kuat. Hagia Sophia ialah tempat suci untuk Tuhan.

Pada era Mehmed II, banyak mosaik dan lukisan Kristen yang ditutupi dan diplester. Kemudian, dihiasai dengan kaligrafi terkenal karya Kazasker Mustafa Izzet. Kaligrafi bertuliskan lafaz Allah Swt., Muhammad saw., empat khlaifah pertama, dan dua cucu Rasulullah saw., menghiasi dinding Hagia Sophia.

Saat Kemal Ataturk memimpin Turki semuanya berubah. Mosaik-mosaik yang sempat tersebunyi terbuka kembali. Dan masyarakat Turki melihat langsung lukisan Bunda Maria dan bayi Yesus berjejer dengan kaligrafi Allah dan Muhammad saw. Dua simbol agama harmonis di gedung museum.

Apa pun latar belakangnya, semua bisa masuk di museum tanpa sungkan bahwa Hagia Sophia milik siapa.

Di zaman Erdogan, Hagia Sophia "dipaksakan" jadi milik satu agama, yaitu Islam. Dan ini yang disedihkan oleh Paus Fransiskus.

Bola.com, Jakarta - Sebagai umat Islam, kita wajib mengimani rukun Iman. Rukun Iman ada enam, dan satu di antaranya iman kepada malaikat Allah SWT.

Hal tersebut telah tertuang dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 177, yakni umat Muslim harus beriman kepada malaikat.

BACA JUGA: Sifat-sifat Malaikat dalam Ilsam Beserta Penjelasannya

Percaya kepada malaikat termasuk rukun Iman kedua dalam agama Islam. Malaikat berasal dari kata bahasa Arab, malak, yang berarti kekuatan.

Malaikat merupakan makhluk ciptaan Allah SWT selain manusia, setan, dan jin. Malikat merupakan ciptaan Allah SWT dari cahaya (nur) yang tidak memiliki keistimewaan rububiyah dan uluhiyah.

Meski begitu, malaikat adalah satu-satunya mahluk yang paling yang taat kepada Allah SWT serta senantiasa menjauhi larangan-Nya.

Allah SWT menciptakan banyak malaikat dengan berbagai tugas. Namun, dalam ajaran agama Islam terdapat 10 malaikat yang wajib diketahui dari banyak malaikat yang ada di dunia dan akhirat.

Supaya lebih jelas, kamu perlu mengenal lebih dalam mengenai malaikat-malaikat Allah SWT. Berikut rangkuman 10 nama malaikat beserta tugasnya yang wajib diketahui, dilansir dari laman Dosenpendidikan, Senin (3/5/2021).

Bangsa Rum disebut sebagai pengkhianat umat Islam pada hari kiamat kelak. Mereka adalah bangsa Romawi yang telah dikalahkan Persia. Keberadaan bangsa ini disebutkan dalam surah Ar Rum ayat 1-6,

"Alif Lām Mīm. Bangsa Romawi telah dikalahkan, di negeri yang terdekat dan mereka setelah kekalahannya itu akan menang dalam beberapa tahun (lagi). Milik Allahlah urusan sebelum dan setelah (mereka menang). Pada hari (kemenangan bangsa Romawi) itu bergembiralah orang-orang mukmin karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang Dia kehendaki. Dia Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. (Itulah) janji Allah. Allah tidak akan menyalahi janji-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." (QS Ar Rum: 1-6)

Pengkhianatan Bangsa Rum terhadap Umat Islam

Menukil buku Isa dan Al-Mahdi di Akhir Zaman karya Muslih Abdul Karim, kemunculan Imam Mahdi sebagai tanda hari kiamat diawali dengan pertempuran umat Islam dan bangsa Rum atau disebut juga Bani Ashfar. Mulanya, umat Islam dan bangsa Rum bersekutu melawan suatu musuh, namun di perjalanan Bani Ashfar mengkhianati perjanjian damai dan melawan umat Islam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dai Muadz bin Jabal, Nabi Muhammad SAW bersabda:

"Wahai Auf, ada enam perkara sebelum terjadi kiamat; kematian nabi kalian, penaklukan Baitul Maqdis, kemudian kematian massal akibat wabah penyakit qu'as seperti kambing terkena penyakit qu'as.

Harta benda berlimpah sehingga apabila seseorang diberi gaji seratus dinar maka ia akan kesal, kemudian Bani Ashfar datang kepada kalian di bawah 80 bendera di mana setiap benderanya menghimpun 12 ribu pasukan." (HR Bukhari)

Dalam perang tersebut, umat Islam mengalami kekalahan dan mencari perlindungan ke Ka'bah. Pada saat itu pula, Allah SWT membenamkan pasukan kiriman dari arah Syam di padang pasir bernama Baidda'.

Riwayat lain juga menyebutkan bangsa Rum akan mengkhianati Islam di akhir zaman, sebagaimana tertulis dalam kitab Misykah Al-Mashabih.

"Kalian akan mengadakan perjanjian damai dengan bangsa Romawi selama beberapa lama. Lalu, kalian akan menyerang ketika mereka menjadi musuh di belakang kalian. Kemudian kalian akan dimenangkan, mendapat ghanimah, dan kalian selamat. Setelah itu, kalian turun di padang rumput bernama Dzi Tulul. Kemudian seorang lelaki dari Romawi ke sana untuk mengibarkan bendera salib seraya berkata, 'Ingatlah, salib telah menang'.

Mendengar seruan kaum salib tersebut, maka muslim yang murka mendekati dan memukulnya (membunuhnya). Ketika itulah, bangsa Romawi berkhianat dan bersiap-siap memobilisasi pasukannya sebagai persiapan pertempuran dahsyat. Lalu umat Islam mengobarkan perang melawan mereka hingga terjadi pertempuran dan Allah memuliakan golongan tersebut dengan kesyahidan."

Menurut riwayat Abu Darda RA, tempat tinggal umat Islam dalam pertempuran dahsyat akhir zaman terletak di Al-Ghauthah. Rasulullah SAW bersabda,

"Perkemahan pasukan umat Islam dalam pertempuran dahsyat nanti berada di Al-Ghauthah. Di sana terdapat sebuah kota bernama Damaskus, yang merupakan tempat paling strategis di Syam."

Setelahnya, muncul sosok pemimpin yang adil yaitu Imam Mahdi yang juga merupakan pertanda datangnya hari kiamat.

Bangsa Rum juga disebutkan oleh Nabi Muhammad SAW ketika berbicara soal akhir zaman. Dalam sebuah hadits beliau bersabda, "Kalian akan menyerang Jazirah Arab hingga Allah SWT menaklukkannya, kemudian Persia hingga Allah berkenan menaklukkannya, kemudian kalian menyerang Romawi hingga Allah berkenan menaklukkannya, dan setelah itu kalian menyerang Dajjal hingga Allah berkenan menaklukkannya." (HR Ahmad dan Muslim)

Mengenal Keturunan Nabi Muhammad SAW

Seperti yang sudah diketahui, Nabi Muhammad SAW menjadi uswah hasanah (suri tauladan yang baik) bagi umat Islam. Agar bisa mencintai serta meneladani kehidupan Rasulullah SAW, tentunya harus mengerti serta mempelajari sejarah atau sepak terjang beliau semasa hidup, tak terkecuali mengenai para keturunannya.

Sepanjang hidupnya, Nabi Muhammad SAW telah dikaruniai 7 orang anak, 4 perempuan dan 3 laki-laki. Seperti dikutip dari NU Online, seluruh anak nabi berasal dari hasil pernikahannya dengan Sayyidah Khadijah, kecuali Ibrahim yang dilahirkan oleh Sayyidah Mariyah al-Qitbhiyah.

Adapun nama anak Nabi Muhammad SAW di antaranya Sayyidina al-Qasim, Sayyidah Zainab, Sayyidah Ruqayyah, Sayyidah Ummu Kultsum, Sayyidah Fatimah az-Zahra, Sayyidina Abdullah, dan Sayyidina Ibrahim.

Seiring dengan perjalanan waktu, ketiga anak laki-laki dari Nabi Muhammad SAW tidak memiliki umur yang panjang. Berbeda dengan putri dari Nabi yang memiliki umur panjang hingga dewasa dan melangsungkan pernikahan.

Nama anak nabi Muhammad SAW yang paling dikenal adalah Fatimah Azzahra binti Muhammad yang menikah dengan salah satu khalifah yakni Ali bin Abi Thalib. Hingga kini, garis keturunan Fatimah dan Ali pun masih terus berlanjut dari anak-anak mereka yakni Hasan dan Husein.

Anak Laki-Laki Rasul SAW Berumur Pendek

Dari bunda Khadijah, lahir anak laki-laki dan perempuan. Namun hanya yang putri saja yang sanggup hidup sehat hingga dewasa. Meski Allah SWT lebih tahu yang terbaik dan lebih dulu mengambilnya.

Disebutkan bahwa ditiadakannya keturunan dari garis anak laki-laki, karena khawatir. Umat Islam akan mengkultuskan atau mendewakan. Sementara yang terjadi, umat Islam kala itu tampak memuja keturunan dari jalur anak perempuan.

"Rupanya Allah tidak menghendaki Nabi punya anak laki-laki. Karena bisa jadi, jika Nabi punya anak laki-laki maka (anak dan keturunannya) akan dikultuskan, didewa-dewakan," ungkap KH Ashin seperti dikutip dari kajian live streaming, di Ahsin Sakho Center, Ahad (15/11).

Penjelasan mengenai ketujuh nama anak nabi Muhammad SAW tersebut adalah sebagai berikut;

Nabi Muhammad adalah sosok suci dan mulia namun tetap memiliki dimensi kemanusiaan atau disebut 'aradh basyariyah yang menjadi sifat jaiz bagi para utusan Allah. Di antara sisi kemanusiaan dalam diri Nabi Muhammad itu adalah menikah dan mempunyai keturunan.

Nabi Muhammad pertama kali menikah dengan Sayyidah Khadijah binti Khuwailid. Pernikahannya tersebut tentu dihiasi dengan berbagai kebahagiaan, di antaranya adalah dengan hadirnya 6 putra-putri yang menjadi keturunannya. Setelah Khadijah Wafat, Nabi Muhammad menikah dan mempunyai beberapa istri, salah satunya adalah Mariyah Al-Qibthiyah yang melahirkan seorang putra sehingga secara keseluruhan Nabi Muhammad mempunyai 7 orang putra-putri.

Hadratus Syekh KH Hasyim Asy’ari dalam kitab Nurul Mubin Fi Mahabbati Sayyidil Mursalin (Jombang, Pesantren Tebu Ireng: t.t), halaman 37-39 memberikan ulasan terkait keturunan Rasulullah dalam satu bab khusus, yaitu Fashlun: Fi Auladihi ‘Alaihis Shalatu was Salam. Adapun putra-putri Rasulullah, sebagaimana dibahas dalam kitab tersebut adalah sebagai berikut:

Putra pertama hasil pernikahan Nabi Muhammad dengan Khadijah adalah Al-Qasim. Atas dasar inilah Nabi Muhammad punya gelar Abul Qasim yang dinisbatkan pada putra pertamanya itu. Al-Qasim lahir sebelum Nabi Muhammad diangkat menjadi rasul dan wafat ketika berusia 2 tahun.

Zainab adalah putri Nabi Muhammad yang lahir beberapa tahun setelah Al-Qasim. Ia lahir ketika Nabi Muhammad berusia 30 tahun dan pernah terlibat dalam perjuangan Rasulullah di awal dakwahnya dalam menyebarkan Islam.

Zainab juga ikut berhijrah ke Madinah dan wafat pada tahun ke-8 hijriyah di samping suaminya yang juga putra bibinya, yaitu Abul ‘Ash Laqith bin Rabi‘. Sebelumnya, Zainab hijrah terlebih dahulu karena suaminya saat itu masih menjadi seorang musyrik. Baru ketika Laqith bin Rabi‘ masuk Islam, Rasulullah mengembalikan Zainab kepadanya.

Pendapat lain mengatakan, Zainab menjalani rumah tangga kembali dengan Laqith bin Rabi’ dengan akad nikah baru. Dari pernikahan Zainab ini Rasulullah diberikan seorang cucu yang bernama Ali namun meninggal saat masih kecil. Beberapa waktu kemudian Zainab juga melahirkan Umamah yang ketika sudah dewasa dinikahi oleh Ali bin Abi Thalib setelah wafatnya Fatimah.

Ruqayah lahir saat Rasulullah berusia 33 tahun. Ia tumbuh dengan cantik dan menarik hingga setelah dewasa kemudian dinikahi oleh Utsman bin Affan. Ia juga menjadi wanita yang melakukan hijrah dua kali, yaitu ke Habasyah dan Madinah.

Ruqayah meninggal saat perang Badar berlangsung dan Rasulullah berada di medan pertempuran tersebut. Setelah Ruqayah wafat, Utsman bin Affan hendak meminang Hafshah binti Umar bin Khattab namun kemudian Utsman dinikahkan oleh Rasulullah dengan putrinya, Ummu Kultsum. Sementara Hafshah dinikahi oleh Rasulullah.

Ummu Kultsum adalah putri Rasulullah yang ketika telah dewasa dinikahkan dengan Utsman bin Affan, atas dasar inilah Utsman mendapat gelar Dzun Nurain (memiliki 2 cahaya) karena menikahi 2 putri Rasulullah, yaitu Ruqayah dan Ummu Kultsum.

Prosesi pernikahan Ummu Kultsum dengan Utsman berlangsung pada tahun ke-3 Hijriyah. Enam tahun kemudian, tepatnya pada tahun ke-9 Hijriyah Ummu Kultsum wafat. Saat Ummu Kultsum dimakamkan, Rasulullah merasakan kesedihan yang cukup mendalam hingga meneteskan air mata.

Fatimah lahir lima tahun sebelum Nabi Muhammad diangkat menjadi rasul, pendapat lain mengatakan ia lahir setahun setelah kenabian. Nama Fatimah berasal dari kata fathama yang artinya menyapih, diberi nama demikian karena di hari kiamat nanti Allah akan ‘menyapih’ Fatimah dari api neraka.

Wanita mulia ini juga diberi nama Al-Batul karena keutamaannya, agamanya, dan derajatnya ada di atas wanita lain. Pendapat lain mengatakan, julukan itu diberikan karena Fatimah terputus dari hal-hal duniawi, semua yang ia lakukan hanya untuk Allah.

Nabi Muhammad menikahkan Fatimah dengan Ali bin Abi Thalib pada tahun ke-2 Hijriyah atas perintah Allah melalui wahyu-Nya. Pada malam Selasa, tanggal 3 Ramadhan 11 Hijriyah, putri kesayangan Nabi Muhammad ini melahirkan Hasan. Tidak lama kemudian ia juga melahirkan Husein dan terakhir Muhsin yang meninggal ketika masih kecil. Fatimah wafat enam bulan setelah wafatnya Rasulullah.

Nabi Muhammad tidak memiliki keturunan selain dari Fatimah melalui jalur Hasan dan Husain. Dari sinilah kemudian keturunan baginda Nabi tersebar ke berbagai belahan dunia.

Fatimah mempunyai adik bernama Abdullah yang lahir di masa Islam. Abdullah dilahirkan di Makkah dan wafat saat masih kecil. Ia juga disebut dengan nama At-Thayyib dan At-Thahir karena lahir di masa kenabian.

Saat di Madinah Nabi Muhammad menikah dengan Mariyah Al-Qibthiyah, dari pernikahannya tersebut lahir putra terakhir Nabi Muhammad yang diberi nama Ibrahim. Ia lahir pada bulan Dzulhijjah tahun 8 Hijriyah, sekitar 17 atau 18 bulan kemudian, tepatnya di tahun ke 10 Hijriyah, Ibrahim wafat. Rasulullah pun menshalatinya dan memakamkannya di Baqi.

Itulah 7 putra-putri Nabi Muhammad yang perlu diketahui oleh umat Islam. Dari keterangan ini dapat diketahui bahwa selain Fatimah, semua putra-putri yang mulia tersebut wafat sebelum wafatnya Rasulullah. Selain itu, Fatimah juga menjadi muara silsilah semua keturunan Rasulullah yang saat ini tersebar di berbagai belahan dunia. Wallahu a‘lam.

Merdeka.com - Setiap orang tua selalu menginginkan anaknya tumbuh menjadi seseorang yang berguna dan sukses dunia akhirat. Tak heran apabila orang tua selalu memilih dan memberikan nama yang terbaik untuk anaknya. Selain akan digunakan seumur hidup, nama juga merupakan cerminan doa dan harapan dari orangtua untuk anaknya.

Banyak orangtua muslim memilih dan memberi nama bayi menggunakan nama tokoh-tokoh Islam yang berasal dari Alquran. Salah satu nama yang sering dijadikan sumber referensi adalah nama anak Nabi Muhammad SAW. Hal ini dimaksudkan agar kelak anaknya memiliki kepribadian luhur yang sesuai dengan ajaran agama Islam.

Sepanjang hidupnya, Nabi Muhammad SAW telah dikaruniai tujuh orang anak. Masing-masing nama anak Nabi Muhammad SAW tersebut tentu memiliki makna serta keistimewaan tersendiri karena berisi doa langsung dari Rasulullah SAW.

Lantas, siapa saja nama anak Nabi Muhammad SAW? Simak kisah singkatnya yang merdeka.com lansir dari NU Online: